Selasa, 05 Oktober 2010

ayam dan cobaan

Pernahkah kita berfikir tentang ayam? Ayam?
Memangnya ada apa dengan ayam? Enak
dagingnya. Ya. Kalau kita mendengar kata tersebut,
yang terlintas dipikiran kita adalah lezatnya daging
ayam ketika dipanggang, dibuat sate, opor, atau
yang lain. Tetapi ada hal yang menarik untuk kita
renungkan berkaitan dengan kehidupan ayam.
Kali ini kita akan membahas mengenai ayam betina.
Percaya nggak kalau ayam betina adalah binatang
yang paling banyak mendapatkan ujian? Lho.. Coba
renungkan kehidupannya.
Semenjak ia lahir di dunia ini, Sang ayah sudah pergi
entah ke mana. Ia pun rela menjalani hidup hanya
bersama Ibu dan saudara-saudaranya. Beberapa
waktu kemudian, tepatnya pada masa remajanya,
tiba-tiba sang induk bersikap lain
terhadapnya.Biasanya sang induk selalu membantu
mencarikan makanan, melindunginya dari musuh,
serta menghangatkannya diwaktu tidur.Tetapi kali ini
menjadi sangat berbeda. Sang induk seolah-olah
menjadi musuhnya. Alih-alih mencarikan makan
untuknya, mendekati sang induk saja sudah
menjadi hal yang terlarang bagi ayam remaja.
Bahkan tidak segan-segan ayam induk melabrak
sang ayam remaja untuk menjauhi induk ayam.
Ayam remaja sedih sekali.Dengan sangat terpaksa ia
pun menjalani hidupnya tanpa belaianorang
tuanya.Beruntung, masih ada saudara yang
menemani hari-harinya. Mereka pun hidup
berdampingan mencari makan bersama, bermain
bersama, serta hidup senasib sepenanggungan.
Namun setelah mereka menjadi dewasa, rasa kasih
sayang sesama mereka berangsur angsur luntur.
Mereka saling bersaing untuk mendapatkan
makanan atau berebut untuk mendapatkan
pasangan. Terjadilah perpecahan dan saling
memusuhi di antara mereka. Kini, mereka hidup
secara sendiri-sendiri. Tidak ada kebersamaan, tidak
ada perlindungan.
Pahitnya kehidupan dirasakan oleh ayam betina.
Ketika ayam jantan yang tidak dicintai hendak
mengawini, ia tidak punya daya untuk menolak. Ia
pun pasrah dalam keterpaksaan. Setelah benih ayam
jantan lama bersemi di dalam rahimnya, Ayam
betina mulai merasakan akan segera melahirkan.
Alangkah kaget hati ayam betina ketika ia
menyaksikan apa yang keluar dari rahimnya. Anak
yang diharapkan menjadi penerus orang tuanya
ternyata berwujud bulat lonjong dan tidak bergerak.
Telur. Sama sekali tidak mirip dengan keadaan
induknya. Ditambah lagi, Ayam jantan yang selama
ini merayunya, kini sudah tidak berada lagi di
sampingnya. Ia pergi begitu saja meninggalkan
ayam betina dan telur-telurnya.Alangkah sedih hati
ayam betina, karena ia harus menanggung hidup
anak-anaknya dengan status ‘single parent’.Walau
penderitaan cukup berat, tidak ada perasaan putus
asa apalagi keinginan untuk bunuh diri
Walaupun begitu, ayam betina tetap menghadapi
hidupnya dengan tabah. Ia pun merawat telur-
telurnya sebagaimana seorang ibu merawat
anaknya. Setiap hariia rela mengerami telur-telurnya,
dan hanya sedikit waktu yang digunakan untuk
mencari makan.
Selama ayam betina mengerami telur-telurnya, ada
saja pejantan yang hendak merayunya. Namun,
setiap kali ada pejantan yang mendekatinya, ayam
betina segera memasang kuda-kuda perlawanan. Ia
tidak ingin telur-telurnya terlantar sementara ia
bersenang-senang dengan pejantan baru. Seolah-
oleh ia mengatakan “saya sedang berpuasa”,
sehingga pejantan yang mendekatinya segera pergi
meninggalkan ayam betina dan telur-telurnya.
21 hari kemudian, keluarlah sosok aneh keluar dari
cangkang telur. Sosok yang mirip dengan ayam,
punya dua kaki, bersayap, berbulu, danberparuh.
“ Ya, inilah anak-anakku. Inilah ayam yang akan
meneruskanperjuanganku.” Begitu kata induk
ayamdalam bahasa ayam. Ia pun bersyukur karena
apa yang diinginkannya akhirnya terkabul. Anak-
anaknya keluar satu per satu daritelur-telur itu. Ia
pun kemudian menuntun anak-anaknya keluar dari
sarang, dan mengajarinya bagaimana cara mencari
makan.
Begitulah perjalanan hidup ayam betina dari waktu
ke waktu. Penderitaan dirasakan disepanjang
zaman. Tetapi ada kelebihan yang dimiliki oleh
ayam. Ia tidak pernah melawan takdirnya.
Naluri ayam memang lebih rendah dibandingkan
dengan akal manusia. Anehnya, manusia sering
tidak bisa menerima ketentuan dari-Nya.Manusia
sering mengingkari takdirnya —bahwaiatidak pernah
lepas dari cobaan dan ujian.Saudaraku, ujian dari
TUHAN senantiasa mengintai diri kita sebagai bukti
keimanan kita. So, tetaplah istiqomah dalam
keimanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar